Selasa, 15 November 2011

Islam-Sunda Bersahaja di Kampung Naga

Oleh AHMAD GIBSON AL-BUSTOMI

Cuntang gantang guratgaret papetelannyieun tali keukeumbingannyieun gantar pupuntungan,nyieun bom tali kerta. 

TAHUN ini (2003, -Ki Santri) adalah tahun kambing. Ini bukan ramalan shio China, tapi hasil perhitungan astronomi masyarakat adat Kampung Naga, Tasikmalaya. Sebagai masyarakat agraris, penamaan tahun ini dikaitkan dengan curah hujan dan curah matahari. Tahun kambing berada berada di bawah bayang-bayang Dewa Tumpekmindo, yang menandai karakter tahun yang kadang-kadang hujan, kadang-kadang kemarau. Perhitungan tahun masyarakat Kampung Naga menggunakan penanggalan Hijriah, lewat analisis terhadap jenis hari yang bertepatan dengan 1 Muharam, mereka menemukan jejak-jejak cuaca bagi kelangsungan kehidupan agraris mereka. Tahun 1423 H yang jatuh pada Sabtu dirumuskan berada dalam karakter kambing, sesekali saja membutuhkan air.

Setiap bulan dalam setiap tahun, bisa juga dihitung arah cuacanya. Ada karakter dari masing-masing bulan. Bulan ini, sebagai contoh, tanggal 1 Hapit jatuh pada Minggu, Hapit bernaktu 1 ditambah dengan naktu tahun 1423: 4; berada di bawah bayangan Dewa Diktekapata (atau congcorang, belalang sembah), merupakan bulan yang jarang turun hujan.

Masyarakat adat Kampung Naga, tepatnya di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Tasikmalaya, merupakan masyarakat Muslim yang secara ketat masih menjadikan adat Sunda sebagai rujukan kehidupannya. Hitungan waktu mereka merujuk pada hitungan sistem hijriah, namun disisipkan dengan kepercayaan lokal mengenai kekuatan kala (makhluk halus yang menempati horison langit) yang selalu berpindah-pindah dan posisinya menentukan curah hujan. Mereka membuat delapan kategori tahun, dengan kategori yang dikenal dalam penanggalan Islam sufi yaitu: tahun alif, tahun he, jim awal, ze, dal, be, wau, dan jim ahir; sekaligus juga memercayai adanya Dewa-dewa Diktekapata, Somamarocita, Angarakata, Budhaintuna, Laspatimariha, Sukramangkara, dan Tumpekmindo. Nama-nama dewa itu bukan untuk disembah, namun diabstraksikan karakternya dan dijadikan pedoman bagi cara bertanam.

Harmonisasi kepercayaan lokal dengan sistem ajaran Islam tidak jarang membuat mereka dipojokan sebagai komunitas yang berada di luar kebenaran (Islam). Apalagi, mereka menyarankan warganya yang sudah berhaji untuk tidak tinggal di wilayahnya, yang berhaji dianggap telah berziarah pada roh yang lebih suci ketimbang penghuni Kampung Naga karena itu tidak pantas lagi tinggal di wilayah Kampung Naga.

Serangan terhadap keunikan tradisi kehidupan Kampung Naga ini berpuncak pada tahun 1956. Kampung Naga dibakar oleh gerombolan DI/TII yang menyebabkan seluruh benda-benda pusaka hangus terbakar. Ada kisah lain yang menarik mengenai soal ini. Konon (seperti ditulis Syukriadi Sambas dalam tesisnya “Pemimpin Adat dan Kosmologi Waktu”) pada tahun 1966 ada seorang warga Kampung Naga yang pulang dari pesantren. Ajaran Islam yang didapatkan dari pesantren membuat ia menyimpulkan bahwa itung-itungan masyarakatnya bertentangan dengan akidah Islam. Pemimpin adat waktu itu, Djaja Sutidja menerima kritik dan melakukan perubahan sesuai dengan keinginan santri muda tersebut. Untuk tanam padi tahun itu, ia menyerukan warganya untuk menggunakan penghitungan masyarakat umum (tidak menggunakan itung-itungan Kampung Naga). 

Namun, anehnya hasil pertanian gagal dipanen, ada hama wereng yang merusak tanaman mereka.
Waktu tanam memang tidak diatur dalam Alquran dan Hadis karena itu mereka merasa bukan soal besar jika menggunakan sistem penghitungan dari luar batas ajaran Islam atau mereka tak lagi menyoalkan kategori benar-salah, hidup membutuhkan kategori lain yang lebih membantu, yaitu bermanfaat-tidak bermanfaat. Upaya untuk mengategorikan kehidupan dalam batas salah-benar, seperti kasus santri muda, membuat kehidupan jadi berantakan. Walaupun demikian, secara sadar, warga Kampung Naga memulai perhitungannya dengan doa:

Allahumma puter giling tulak bala/ Saking gumiling aya di wetan/ Bilih balai aya di wetan/ Pulang deui ka wetan/ Tunggal hurip ku kersaning Allah/ La Ilaha Illallah// Selamet

Kampung Naga, menurut kepercayaan masyarakatnya, adalah keturunan kerajaan Galunggung masa Islam. Mereka keturunan dari Sembah Dalem Singaparana, anak dari Prabu Rajadipuntang, Raja Galunggung VII. Prabu Rajadipuntang adalah Raja Galunggung terakhir yang menyingkir ke arah daerah Linggawangi. Menurut catatan sejarah, buraknya Kerajaan Galunggung di tangan Prabu Rajadipuntang pada tahun 1520-an karena diserang oleh Kerajaan Pajajaran di bawah Prabu Surawisesa (1535-1543). Saat itu ada perebutan kuasa antara kerajaan Islam dan asli. Kerajaan Galunggung telah menjadi pemeluk agama Islam dan berarti tidak lagi menjadikan Pajajaran sebagai pusat. Menghadapi serangan itu, Prabu Rajadipuntang menyelamatkan harta pusaka dan menyerahkannya pada anak bungsunya yang bernama Singaparana. Untuk melaksanakan tugas itu Singaparana dibekali ilmu kebodohan yang membuat dirinya bisa nyumput buni dina caang (bersembunyi di keramaian).

Kampung Naga terletak diantara dua buah bukit dan di sisi Sungai Ciwulan. Ada sekira 420 takikan anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Kita harus menuruni anak tangga itu sampai di tepian Sungai Ciwulan. Sungai itu melintasi Kampung Naga. Dengan menelusuri jalan di pinggir Sungai Ciwulan tidak lebih dari dua ratus meter, sampailah kita ke wilayah Kampung Naga yang dikelilingi pagar bambu. Di seberang sungai berdiri kokoh hutan kecil, sebuah bukit yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang tampaknya berumur sangat tua. Leuweung Larangan itulah nama yang dikenal oleh masyarakat Kampung Naga. Leweung Larangan berada di seberang Sungai Ciwulan, sebelah timur perkampungan; di sebelah barat (tepat di belakang) perkampungan terdapat Leuweung Keramat.

Leuweung Larangan, yang terletak di sebelah timur pemukiman, disebut sebagai hutan tempat para dedemit. Para dedemit dipindahkan oleh Mbah Dalem Singaparana dari wilayah yang akan ditempatinya, yang kini menjadi wilayah yang ditempati masyarakat Kampung Naga. Leuweung Larangan merupakan tempat yang sama-sekali dilarang untuk diinjak oleh siapa pun, khususnya warga Kampung Naga. Jangankan memasukinya, menginjakkan sebelah kakinya di hutan tersebut merupakan pantangan yang sangat keras. Dengan demikian secara kosmologis, memilah dunia dalam tiga wilayah, yaitu Leuweung Keramat (tempat nenek moyang mereka dimakamkan) yang ada di sebelah barat, perkampungan tempat mereka hidup dan bercocok tanam di tengah-tengah, dan Leuweung Larangan (tempat para dedemit) di sebelah timur. Posisi perkampungan tidak secara langsung berhubungan dengan kedua hutan tersebut. Leuweung Larangan dibatasi oleh sebuah Sungai Ciwulan, sedangkan Leuweung Keramat dibatasi oleh tempat masjid, ruang pertemuan dan Bumi Ageung (tempat penyimpanan harta pusaka).

Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, bila menggunakan kerangka teori antropologi budaya, mereka membangun kosmologi ruang: atas-tengah-bawah; atau baik-netral-buruk. Lueweung Larangan di arah timur dan leweung Keramat di arah barat sebagai sumber kekuatan sakral kehidupan keseharian mereka. Leuweung Larangan sebagai wilayah chaos, tempat semua dedemit dan roh jahat berada. Leweung Karamat berada di sebelah barat adalah sumber kebaikan; masjid dan harta pusaka menjadi penghubung untuk mengalirkan kesakralan ke arah barat.

Hutan Keramat dan Bumi Ageung yang berada di bagian barat masjid, di posisi kiblat, secara simbolis menunjukkan negosiasi ajaran Islam dan tradisi lokal. Menghadap ke kiblat berarti membayangkan penghadapan pada Kabah yang harus melalui penghadapan terhadap harta pusaka dan hutan keramat. Keinginan mendapatkan kesakralan Kabah didahului oleh penghubungan diri terhadap nenek moyang yang dikuburkan di Leuweung Keramat. Kosmologi ruang seperti ini barangkali yang menjadi dasar penolakan mereka terhadap warganya yang telah berhaji. Berhaji berarti berziarah secara langsung ke makam Orang Suci. Yang berhaji telah secara langsung berhubungan karena itu tak lagi membutuhkan kiblat yang dibungkus Bumi Ageung dan Leuweung Keramat.

Melihat kompisisi dan kedudukan Bumi Ageung tersebut memperlihatkan garis kosmologis yang tegas, yaitu bahwa seluruh rumah berpusat pada Bumi Ageung dan Bumi Ageung berhubungan atau berpusat pada Leuweung Keramat, tempat nenek moyang atau makam para Karuhun. Pandangan kosmologis yang menempatkan manusia (bumi tempat manusia berada) dalam impitan antara yang sakral (Leuweung Keramat) dan yang chaos (Leuweung Larangan), telah memosisikan manusia di antara dua keadaan tersebut. Hal tersebut tampak pada pandangan mereka tentang kosmologi waktu, yang secara umum dibagi dua, yaitu waktu nahas (tidak baik) dan waktu hade, baik. Keadaan kehidupan (dunia) manusia yang terimpit antara Leuweung Larangan (kebaikan, Yang Sakral) dan Leuweung Keramat (Ketidakbaikan, Yang Chaos) tersebut mengharuskan manusia untuk teliti dan hati-hati dalam menjalani kehidupan karena kedua dunia yang mengimpit tersebut telah pula memengaruhi waktu kehidupan manusia, waktu baik dan waktu tidak baik.

Terhadap waktu mereka membuat tiga patokan aktivitas, yaitu: Bismillah, berhubungan dengan awal dan asal (Yang Sakral), bernilai satu; Alhamdulillah, berhubungan dengan harapan hidup manusia yang baik (Dunia Tengah), dengan nilai dua; dan, Astaghfirullah, berhubungan dengan dunia yang tidak baik, bernilai tiga. Patokan ini menjadi dasar aktivitas mereka dalam mencari keselamatan, kemakmuran, dan penghindaran dari malapetaka. Misalnya, bagi orang yang hendak berobat disarankan untuk mulai berangkat pada hari yang bernaktu satu, sedangkan terhadap ruang (alam) mereka memiliki patokan nyangcang munding dina batu ku tambang sajeungkal, seug mun eling moal luput hami nyangcang kuda sabatekan begung; gaduh satapak munding seug mun eling moal luput mahi.

Di Kampung Naga, dialog Islam-Sunda menunjukkan bentuknya yang khas. Hirup kudu tungkul ka jukut tanggah ka sadapan, demikian patokan kebersahajaan mereka.***

Sumber: :  Pikiran Rakyat, Kamis, 30 Januari 2003.

Arsitektur Imah Sunda

BUBUKA

Upama urang miang ka Bali, Toraja, Minangkabau, Batak atawa Irian, kalawan gampang urang bisa ningal imah atawa wangunan anu has daerahna. Malah hal ieu jadi ciri mandiri (trade mark) pikeun daerahna masing-masing. Bangsa asing nu datang ka Indonesia, kacida katajina ku rupa-rupana arsitektur imah nu aya di Indonesia.
Naha ari Tatar Sunda mibanda arsitektur imah?

imah sundaTangtu aya jeung miboga wangun imah anu ngabogaan ciri khas Tatar Sunda, saupamana wae ti mimiti imah anu pangsaderhanana tepi ka anu cukup rumit nyieunna. Conto wangunan moderen anu dasar arsitekturna ngagunakeun arsitektur Sunda pangpangna wangun suhunanana, di antarana suhunan Kampus ITB jeun sabagian suhunan Gedong Sate. Wangunan Pendopo Kabupaten Bandung jeung sababaraha Wangunan Pendopo anu aya di Tatar Sunda mah ilaharna ngagunakeun suhunan anu ngajadi ciri Wangunan Arsitektur Imah Sunda.
SAWATARA TEMPAT ANU MASIH KENEH AYA IMAH ARSITEKTUR SUNDA
Upama dipapay leuwih jauh conto arsitektur nu asli Sunda tur dina wangunan nu masih keneh saderhana, nya eta wangunan imah di:
  1. Baduy (Banten Kidul)
  2. Kampung Naga (Tasikmalaya)
  3. Kampung Pulo (Garut)
  4. Kampung Genereh (Sumedang)
  5. Kampung Palasah (Majalengka)
  6. Kampung Gabus (Cirebon)
Di Baduy, Kampung Naga jeung Kampung Pulo, beunang disebutkeun wangunan imah-imahna masih keneh asli tradisional. Tapi di Kampung Genereh, Palasah jeung Gabus mah, ngan kari hiji-dua bae, kitu oge kaayanana geus loba anu ruksakna.
CIRI-CIRI JEUNG FUNGSI ARSITEKTUR IMAH SUNDA TRADISIONAL
imah sunda 2Nurutkeun panalungtikan tim ahli anu dijejeran ku Prof. Dr. Kusnaka Adimiharja, Spk, gawe bareng jeung Kanwil Pariwisata Propinsi Jawa Barat, ciri-ciri jeung fungsi imah Sunda teh bisa disawang tina:
  1. Aspek Sosial Budaya jeung Arsitektur
  2. Ciri Wangunan anu Has
Kateranganana upama dipedar leuwih jelas mah kieu:
Aspek Sosial Budaya jeung Arsitektur
Keur urang Sunda, imah teh lain ngan ukur pikeun tempat cicing, atawa tempat istirahat wungkul, tapi oge boga harti anu leuwih lega, nyakup sosial, ekonomis jeung jadi puseur atikan budaya kaasup pendidikan moral, sarta dianggap suci (sakral). Nya di jero imah pisan tumuwuhna hubungan sosial (sosialisasi) anggota kulawarga. Di imah pisan tempat migawe hal-hal nu sipatna ekonomis (home industri). Di imah pisan hal-hal nu tumali jeung atikan kabudayaan ku indung-bapa diajarkeunana ka anak-anakna. Kitu deui imah teh dianggap suci (sakral), disaruakeun jeung alam mikro (bumi sok disebut imah), nu dianggap miniaturna tina makro (dunya = anu oge disebut bumi). Jadi bumi (imah) teh dianggap sarua jeung bumi (dunya).
Eta sababna upama hiji imah dipake hal-hal nu teu hade atawa dipake hal-hal anu kotor, bakal dianggap ngaruksak kasakralan imah, imahna jadi “sial”. Ceuk urang Sunda mah imah teh mangrupa tempat anu suci nu kudu dijaga kasucianana.
Ciri Wangunan anu Has
Ciri has imah Sunda nyaeta panggung (aya kolongna). Bedana jeung imah panggung seler bangsa sejen (Batak, Dayak, Minangkabau), nyaeta luhurna kolong imah Sunda mah henteu pati luhur (40-60cm), siga kolong imah urang Jepang. Upama aya imah di Tatar Sunda anu lain panggung, tapi ngupuk saperti di daerah Tatar Kaler eta mah pangaruh Budaya Jawa. Hateupna (suhunan) imah di Tatar Sunda rupa-rupa aya Julang Ngapak, Jogo Anjing, Heuay Badak, Jure Limasan jeung Leang-Leang. Di antara nu disebutan bieu anu has Sunda mah nyaeta nu disebut suhunan Julang Ngapak (Sulah Nyanda, Julang Wirangga), ari nu sejenna mah kapangaruhan ku kabudayaan batur (suhunan Leang-Leang kapangaruhan ku Arsitektur Cina, Limasan pangaruh Jawa).
Ciri sejenna nya eta ayana capit hurang (cagak gunting), nyaeta babagian tungtung hateup (suhunan) anu dirupakeun cagak atawa bisa oge saperti tanduk munding, malah aya anu dibuleudkeun (lingkaran), biasana tina kai, atawa awi anu dibulen ku injuk. Gunana cagak gunting diantarana pikeun nyegah cai hujan bocor ka jero imah, jadi saperti fungsina talang. Jaba ti eta cagak gunting teh dianggap oge ngandung tanaga gaib pikeun nyegah pangaruh negatip.
Ari wangun (bentuk) imah, biasana pasagi panjang. Latena make palupuh awi, bilikna tina awi dianyam atawa ku sasag. Rangkay imah dijieunna tina kai. Make tatapakan tina batu. Rohangan imah dibagi nurutkeun babagian anu husus. Nyaeta bagian hareup tepas (emper) pikeun ngumpulna semah lalaki. Enggon (kamar sare) jeung bagean dapur (hawu jeung padaringan gudang tempat neundeun beas = pabeasan), bagean tukang ieu mah pikeun awewe. Pangpangna padaringan (goah, pabeasan) kacida dilarangna lalaki asup ka daerah eta.
PANUTUP
Konsep Arsitektur imah Sunda nu mibanda konsep dasar nu filosofis, kacida hadena upama bisa ditransformasikeun kana arsitektur imah nu moderen, nu luyu jeung kapribadian bangsa. Tangtu bae kudu diluyukeun jeung kamajuan teknologi bari henteu lesot tina pandangan hirup jeung filsafah kabudayaan Sunda. Saenyana henteu ngan dina arsitektur bae ayana falsafah Sunda teh tapi oge dina aspek-aspek budaya sejenna, upamana bae dina seni Cianjuran, Tari, Penca, Tata Boga (kadaharan), Tata Busana, jeung dina rupa rupa seni budaya sejenna. Urang sarerea, pangpangna para nonoman kudu leukeun neangan pribadi falsafah karuhun urang, sangkan bisa katransformasikeun dina kahirupan moderen. Muga bae pareng kawujudkeun.

Sumber tina forum bebas

Sabtu, 12 November 2011

Kanyaah Abah....

Biasana mah, pikeun  anak awéwé anu geus dewasa, anu keur kuliah di luar dayeuh laér ti kolot, tur keur digawé di leumbur batur,….

Baris mindeng ngarasa sono pisan ka jadi Indungna.. Tuluy kumaha jeung ramana?? Meureun alatan Indung leuwih mindeng nelpon pikeun nanyakeun kaayaan anjeun saban poéna, tapi nyaho teu manéhlamun Abah  anu sok ngingetkeun Indungna pikeun nelpon anjeun?

Meureun baheula  sawaktu manéh leutik, Indung anu leuwih mindeng ngajak carita atawa ngadongeng, tapi  manéh teu nyaho, yén sabalikna bapak digawé tihot-hat sarta kalayan beungeut capé  sok nanyakeun ka Indungna ngeunaan béja anjeun sarta naon anu manéh pigawé sapoé jeput??
Dina waktu manéh ceurik merenghik ménta boneka atawa kaulinan anyar, Indung melong anjeun ku sorot sakitu nyaahna. Tapi abah baris ngomong kalayan teges: “Kaci, engké urang beuli, tapi henteu ayeuna, geulis!!. ”

Nyaho teu, Abah ngalakonan éta alatan henteu hayang manéhna nenjo anakna  ogoan kalayan kabéh tungtutan manehna kabeh dicumponan?

Waktu manéh gering, Abah anu salempangeun nepi ka sakapeung saeutik nyentak kalayan ngomong: ” Geus diitung! Manéh ulah hujan2an! Inum es!”.

Cacak teu salembut kaasih indung maneh, kaasih Abah  sakitu jero pisan. Béda jeung Indungna anu nengetan sarta nganasehatan kalayan lembut. Kanyahokeun, harita teh abah bener-bener  pangahariwangkeun anjeun bisi kutu kieu.

Sabot manéh geus nincak rumaja.. Manéhna mimiti nungtut Abah pikeun meunangkeun idin kaluar peuting, tapi Abah taregeus bari  ngomong: “Henteu kaci!”.

Nyaho teu, Abah ningan hayang ngajaga anjeun? Alatan keur abah, manéhna teh hiji -hijina hal anu pohara rongkah hargana..Sanggeus dicaram, malahan manéh ambek pisan, tuluy  asup ka kamar bari ngabantingkeun  panto

Satuluyna  anu ngetokan panto bari  ngolo maneh béh teu ambek nyaéta pasti si Ambu
Nyaho teu, basa abah meuereumkeun panonna bari  nahan kateungenah dina hatena, sabenerna Abah pohara hayang nuturkeun kahayang anjeun, Tapi sakali deui manéhna KUDU ngajaga anjeun??

Sabot aya batur lalakina  mimiti mindeng nelponan manehna , atawa komo datang ka imahna pikeun nepungan anjeun, Abah baris masangkeun beungeut pang cool-na sadunyaSarta sakali-kali nguping atawa ngintip waktu keur manéh keur ngobrol.. Sadar teu manéh, lamun haté Abah keur timburu??

Basa manéh mimitian leuwih bisa dipercaya, kakara Abah ngalonggarkeun aturanana pikeun manehna kaluar imah ka anjeun, tapi manéh malah maksa  ngarémpak neupi ka balik leuwih peutingMangka naon anu dipigawé Abah salian ti diuk di rohang tamu, nungguan anjeun balik kalawan haté pohara salempangna..

Sanggeus lulus SMA, Abah baris saeutik maksa anjeun kudu jadi Dokter atawa Insinyur.. kanyahokeun, yén sakumna paksaan  éta teh semata-mata ngan alatan mikiran kahirupan anjeun engkéTapi Abah malah kéom sarta ngarojong anjeun waktu pilihan anjeun henteu luyu jeung kahayang Abah.. )

Sabot manéh dewasa.. jeung  kudu kuliah di kota  séjén.. Sarta ngalepas anjeun di terminal beus,  stasiun atawa bandara… Nyaho teu manéh yén awak Abah karasaeun jeger pikeun ngarangkul anjeun?

Abah ngan saukur kéom bari méré nasehat ieu éta, sarta ngajurung anjeun pikeun ati-ati… Padahal Abah hayang pisan ceurik kawas Indungna sarta ngarangkul pageuh..Abah ngan ukur ngarangkul taktakna bari nyekel sirah anjeun, bari ngomong ” Jaga diri ,  geulis. ”Abah ngalakonan sakabéhna teh ambéh manéh KUATkuat pikeun indit sorangan sarta jadi wanita dewasa.. *amiiiinn…..

Sawaktu manéh perlu duit pikeun mayar semesteran sarta kahirupan anjeun, hiji-hijina anu mengerutkan tarangna Abah pisan.. Abah nyoba nyumponan jeung néangan jalan ambéh anakna ngarasa SARUA jeung  baturna nu lain.

Waktu manéhna diwisuda jadi saurang sarjana..Abah hiji-hijina jalma anu nangtung sarta méré keprok panjang pikeun anjeun. Abah kéom kalayan reueus sarta sugema ningali “putri leutikna anu henteu ogoan tur  junun tumuwuh dewasa, sarta ayeuna geus jadi saurang sarjana

Nepi ka sawaktu  réncang Lalaki anjeun datang ka imah  ménta idin ka abah pikeun nyokot anjeun tina..Abah  baris pohara ati-ati méré idin..Alatan Abah weruh…..Yén lalaki éta pisan anu baris ngagantikeun posisina engké!!

Sarta pamustunganana….
Basa Abah nempo anjeun diuk di Panggung Puadé babarengan  jeung  Lalaki anu di anggapnya pantas ngagantikeunana, Abah  ogé nga saukur kéom bagja….

Naha manéh nyaho, di poé anu bagja éta Ayah indit katukang panggung sakeudeung, sarta ceurik?
Abahceurik alatan  pohara bagjana, saterusna  ngadoa….Dina lirih doana ka Pangéran, Abah ngomong: “Ya Alloh pancén kuring geus réngsé kalayan boh….Putri leutik kuring anu lucu sarta nu dikacinta  geus jadi wanoja anu geulis….Bagjakeun manéhna babarengan salakina…”

Sanggeus éta Abah ngan bisa nungguan datangna anjeun babarengan incu-incuna anu sakali-kali datang pikeun ngalongok… Jeung buuk na  beuki bodas…. awak sarta lengeunna geus teu kuat deui pikeun ngajaga anjeun tina bahaya….Abah geus ngarasa méréskeun pancénna….

Ayah, Papa, Bapa, boh Abah urangNyaéta sosok anu kudu katinggali kuatnalika manéhna henteu kuat pikeun henteu ceurikManéhna kudu kasampak teges nalika manéhna hayang ngawowoy anjeun..Sarta manéhna salasa hiji jalma anu sok ngayakinkeun yénMANÉHNA KUDU  BISAdina sagala hal

Jumat, 04 November 2011

BEIJING - Rumaja 17 warsih asal China mawa fanatisme sarta kasatiaan ka Apple ka tingkat anu leuwih luhur. Bayangkeun waé, manéhna rela ngajual ginjalnya demi meunang pan tablet PC ikonik Apple, ipad 2. Xiao Zhang nyaéta saurang pelajar asal Anhui, China, anu dipikanyaho ngajual palebah ginjalnya ngan pikeun ngabogaan ipad 2. Kitu kawas dilaporkeun Global Times, Jumaah (3/6/2011). Ka hiji poéan lokal, Zhang ngaku hayang meuli ipad 2 tapi manéhna henteu ngabogaan duit. "Saurang pialang menghubungi kuring liwat internet sarta ngomong manéhna bisa mantuan kuring ngajual palebah ginjal kuring jeung harga 20 rébu yuan (sarimbag USD3,000)," carita Zheng. 'Untungna' pialang éta menepati pasinina. Sanggeus ngajalanan operasi dina 28 April, Zhang narima duit anu dijanjikan. Zheng ogé henteu menunda lila pikeun meuli pakakas singer anu jadi buruan pecinta gadget sakumna dunya éta. Tapi rusiah Zhang pamustunganana terkuak sanggeus sang ibu ngarasa curiga nempo anakna mawa balik pakakas éléktronik mahal éta. Sabot nyaho naon anu geus dipigawé Zhang, manéhna langsung ngalapor ka pihak berwajib, anu kiwari keur nalungtik perdagangan organ awak kasebut. (van) Éstuning nekad enya sob.. Lamun kuring rencanana daék jual jantung jieun beuli android.. He he

Lalangse laya (2) : "Postpartum blues"

Teu karasa geus dua bulan si geulis ceuk ibu ramana teh gulak gileuk matak pi mohoeun. polah tingkahna robah-robah teu bisa di prediksi, keur majar anteung meuni tibra kakara indungna barudak bisa migawe pagawean imah lamun kuring indit gawe, tapi sok robah deui sapoean ngadat..neupi carinandak meureun, pok kuring : "laya mah masih dua bulan, Mi..jadi wajar pisan keur orok nu keur nyidik-nyidik pola hirup kolotna, bukti lamun keur rungsing indungna kabawa si geulis ngilu rungsing.." 

Sok snajan kitu ceuk nu ahli mah lamun polah tingkah indungna sok sieun kena "postpartum blues". Nyaéta, kaayaan depresi sacara fisik atawa psikis nu nimpa ibuna anu bisa lumangsung sawatara poé sanggeus kalahiran nepi ka kira-kira sabulan saterusna. Nu micuna sorangan cukup rupa-rupa: mimitian parobahan hormonal anu lumangsung salila kehamilan, prosés ngababarkeun anu matak cape, nepi ka kanaékan kaperluan ékonomi atawa kabiasaan hirup anu robah drastis. Misal, ibuna anu biasa digawé sarta boga kasempetan papanggih loba jelema, waktu cuti ngababarkeun lain mustahil jadi didera kebosanan/kesendirian.

Kaayaan ieu baris leuwih diperburuk lamun ibu teuing harepan luhur yén manéhna bisa nungkulan sagalana, sedengkeun dina kanyataanana manéhna remen ogé dijieun teu berdaya. Tacan deui kasalempang ibu ngeunaan kaséhatan dirina sarta orokna, nepi ka mecenghul rarasaan hanjelu sarta teu berdaya sacara berkepanjangan tadi. Tangtu waé masalah ieu bisa ngaréwong pangabisa ibu pikeun merawat orokna. Lamun geus kitu, perlu ditéang bantuan profésional, semisal berkonsultasi kalayan psikolog.

Ceuk para ahli aya sababaraha prilaku bayi anu karek lahir jeung kolotna a ulah ngarasa kaget ; sajauh laku-lampah orok masih dina wates normal atawa lumangsung ngan sekali-kali waé, teu masalah. Tapi lamun aya laku-lampah anu kaleuleuwihan atawa keseringan sarta terus-terusan, kudu diwaspadaan. "Meureun waé aya hiji hal ka diri si orok. Leuwih hadé geura-giru dibawa ka dokter pikeun penanganan saterusna. Sumawona umur orok masih pohara rentan. Tah, di handap ieu sawatara laku-lampah orok anyar lahir anu bisa dititénan.

* Ceurik
Kitu lahir, orok kudu ceurik. Ieu mangrupa reaksi kahiji anu bisa dipigawé. Kalayan ceurik, otomatis paru-parunya boga fungsi. Paru-paru baris muka sarta mengisap oksigen. Sajaba ti éta, ceurik ogé minangka reaksi ti parobahan anu dialaman si orok. Sabot di kandungan, manéhna ngarasakeun haneutna sarta kenyamanan; manéhna ngarasa terlindungi. Kaayaan di pianakan ogé gelap. Samentara kitu lahir, manéhna ngarasakeun hawa luar anu tiis sarta aya cahya caang. Parobahan ieu disikapinya kalayan ceurik.

Éta sabab, lamun sanggeus lahir orok teu ceurik, hartosna teu normal. Biasana, manéhna ngalaman asfiksia, nyaéta kurang masukan oksigen ka dina awakna.

Bahayanya, otak ogé ngeunaan kakurangan oksigen nepi ka bisa ngarusak otak. Kajadian ieu biasana patali jeung kaayaan saprak di kandungan. Mangka éta, lamun aya hiji hal kalayan kandungan ibu anu bermasalah, kudu geura-giru meunang penanganan anu ade kuat sarta bener ti ahlina. Ieu pikeun nyingkahan, salah sahijina kajadian orok teu ceurik.

Sabot orok ceurik, anggota unggutna ogé milu aktip. Tangisan orok anu cageur lamun sorana teuas, lain merintih atawa melengking. Lamun sora tangisannya merintih/melengking, pertanda aya hiji hal dina si orok atawa manéhna gering.

Ceurik dina orok ogé mangrupa babasan ekspresinya. Orok baris ceurik lantaran ménta perhatian, lapar, baseuh popoknya alatan BAB/BAK, atawa séjénna. Jadi, orok ceurik teu sok hartosna lapar.

* Reuwas
Orok baris bereaksi kawas reuwas. Ieu mangrupa refleks naluriah. Sajauh refleks ieu teu kaleuleuwihan lumangsungna, teu masalah. Lamun manéhna reuwas, biasana awakna usik kabéh. Gerakannya éta kudu simetris kabéh, teu ngan sawaréh awakna waé anu usik. Lamun henteu, kudu dicurigai aya hiji hal di otaknya. Geura-giru periksakan ka dokter.

Unggut refleks ieu bisa alatan manéhna nempo cahya anu menyilaukan atawa lantaran manéhna geus bisa ngadéngé sora/bunyi anu mengagetkannya. Éta sabab, lamun orok keur saré, biasana jelema di sakurilingna dipénta pikeun teu teuing.

Refleks ieu masih kaci aya nepi ka umur 5 bulan. Lamun sanggeus éta masih tetep aya, hartosna teu normal, aya hiji hal ka diri si orok nepi ka kudu ditéang cukang lantaranana. Kamungkinan aya karuksakan di otaknya.

* Bersin
Lamun sakali-kali atawa teu kaleuleuwihan, wajar waé. Sabenerna, bersin pertanda manéhna hayang ngaluarkeun hiji hal/kotoran ti irungna. Deui ogé irung orok éta sénsitip; kalayan bersin, liang irungna dibersihkeun. Jadi, bersin mangrupa reaksi orok pikeun pertahanan awakna. Sajaba ti éta, bersin bisa ogé alatan manéhna terekspos hawa tiis.

Jadi, bersin teu sok hartosna orok baris flu. Tapi lamun keseringan, misal, unggal jam bersin, memang bisa jadi pertanda si orok gering. Meureun ketularan pilek ti indungna.

Alatan éta, pikeun nyingkahanana ti gering, ulah mindeng-mindeng menciumi si orok. Lamun di imah aya jelema dewasa anu keur gering, leuwih hadé teu nyium orok sarta kudu ngagunakeun masker.

* Nyesep
Refleks ieu mangrupa refleks pang primitif pikeun ngabéla hirup. Lapar atawa henteu, lamun urang taruh ramo di sungutna, manéhna baris néangan sarta muka sungutna sarta ramo kasebut baris diisapnya. Pangabisa ieu pisan anu nyieunana bisa menyusu sarta meunangkeun kadaharan.

Lamun umur kehamilan ibu 34 minggu ka luhur sarta orok dilahirkan di umur éta, geus aya refleks mengisapnya. Lamun refleks ieu teu aya, hartosna si orok gering, naha infeksi atawa gering beurat séjénna, semisal aya karuksakan otak nepi ka puseur anu mengatur refleksnya teu boga fungsi.

Refleks mengisap baris terus aya nepi ka dewasa. Mangka éta, adakalanya anak umur sataun ogé masih resep mengisap ibu ramona.

* Tersedak
Normalnya di genggerong aya jalan ambekan sarta jalan kadaharan atawa kerongkongan. Lamun orok keur inum/makan, jalan ambekanana baris nutupan. Dina orok normal, lahir cukup bulan, sarta cageur, manéhna boga refleks otomatis kawas éta. Jadi, lamun lolobana inum, manéhna baris eureun.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...