Jumat, 01 November 2013

NGARAN-NGARAN PATEMPATAN

ALUN-ALUN : tanah lapang (hareupeun kacamatan, kabupatén, masjid agung, jsb)
BABAKAN : lembur anyar
BABANTAR : lebah walungan anu léah sarta déét
BOBOJONG : jojontor tanah anu nyodor ka cai (biasana di sisi walungan)
BUBULAK : sarupa tegalan, tanah nu pinuh ku jukut nu aya di lamping gunung atawa di pasir
DUNGUS : runyuk, rungkun, gundukan tatangkalan laleutik nu rada rembet.
HUMA : tanah darat (biasana di leuweung) nu dipelakan paré tur tara dikocoran cai
JUNGKRANG : legok nu jero sarta sisi-sisina gurawés
KARÉÉS : sisi walungan nu réa keusikan (mun di sisi laut, basisir)
KEBON : tanah darat nu dipelakan rupa-rupa pepelakan
LAMPING : lebah gunung atawa pasir antara puncak jeung tutugan
LEGON : lebah basisir nu ngelok ka darat, sarupa teluk ngan leuwih leutik
LEMBUR : kampung, tempat padumukan jelema nu réa imah
MONGGOR/MOMONGGOR : sarupa pasir ngan leuwih handap tur leuwih leutik
MUHARA/MUARA : tungtung walungan di hilir, tempat patepungna walungan jeung laut atawa walungan leutik jeung walungan gedé
MUMUNGGANG/GEGER : lebah gunung nu pangluhurna (tonggong gunung)
PASIR : gunung leutik sarta handap
REUMA : tanah darat urut huma
RORAH : cai ngocor, sarupa jeung susukan, ayana di leuweung
SABANG : tanah darat nu dihapit ku dua walungan
SAMPALAN : tegal di tengah leuweung tempat nyatuan sato jarah
SITU : sarupa jeng balong ngan leuwih gedé, leuwih lega (biasana walungan nu dibendung sok ngajangélék jadi situ)
SOMANG : jurang gurawés sarta jero
TANJUNG : jojontor, tanah nu nyodor ka laut
TARIKOLOT : tempat urut lembut
TEGALAN : tanah lega tur rata nu sabagian gedé pinuh ku jukut wungkul
TELUK : basisir nu ngelok ka darat
TEPIS WIRING : sesebutan séjén pikeun pasisian atawa pilemburan
TETELAR : tanah datar di tengah sawah nu henteu kahontal ku cai, sok dipaké ngangon
TUTUGAN GUNUNG : gunung beulah handap (suku gunung)
WAHANGAN : walungan, ngocor caina gedé ti girang ka muara

Seni Tradisonal Garut

Aya sabaraha seni anu urang garut sorangan oge teu arapaleun komo nu geus bumen-bumen di kota. lamun teu diropea ku pamarentah laun-laun mah leungit ka sipuh ku jaman nu sakitu kinclongna mopohokeun budaya buhun urang.

1. Dodombaan
Atraksi seni anu dibareungan ku tatabehan kendang pencak silat jeung didukung ku sabaraha urang anu ngagotongna. Satu atau dua orang melakukan ibing pencak silat, juga terdapat delapan orang yang mengusung dua buah patung domba dari kayu yang bisa ditunggangi anak-anak dan dewasa.
Kesenian ini lahir di Desa Panembong Kec. Bayongbong dan dipimpin oleh Bapak SAJIDIN.

2. Surak Ibra
Seni tradisional Surak Ibra dikenal juga dengan nama lain Boboyongan Eson. yang berdiri Sejak Tahun 1910 di Kampung Sindang Sari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut. Kesenian Tersebut Hasil Ciptaan Raden Djajadiwangsa Putra Dari Raden Wangsa Muhammad (Dikenal Dengan Nama Lain Raden Papak). Kesenian ini merupakan suatu sindiran (simbol﴿ atau semboyan tidak setuju terhadap Pemerintahan Belanda pada waktu itu yang bertindak sewenang-wenang kepada masyarakat jajahan. Khususnya di daerah Desa Cinunuk dan umumnya daerah Kabupaten Garut.
Kesenian ini memiliki tujuan untuk memupuk motivasi masyarakat agar mempunyai pemerintahan sendiri hasil gotong royong bersama untuk mencapai tujuan cita-cita bangsa Indonesia.
Selain itu juga untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dan masyarakatnya, demi menunjang keadilan dan kebijaksanaan pemerintah secara mandiri dengan penuh semangat bersama.

ALAT-ALAT YANG DIPAKAI ADALAH :
1. 2 (dua﴿ obor dari bambu.
2. Seperangkat gendang Pencak / lebih.
3. Seperangkat Dogdog / lebih.
4. Seperangkat Angklung / lebih.
5. Seperangkat Keprak / lebih.
6. Seperangkat Kentongan Bambu / lebih.
7. Hal-hal lain yang diperlukan waktunya.

BANYAK PEMAIN :
- Minimal= 40 orang
- Sedang= 60 orang – 80 orang
- Maksimal     = 100 orang lebih
Dari sejak berdiri tahun 1910 sampai sekarang sudah empat generasi, bahkan sekarang pun perlu diremajakan sebab sudah banyak pemain yang sudah tua.
3.Lais
Kesenian Lais Diambil Dari Nama Seseorang Yang Sangat Terampil Dalam Memanjat Pohon Kelapa Yang Bernama ?Laisan? Yang Sehari-Hari Di Panggil Pak Lais. Lais ini Sudah Dikenal Sejak Aman Penjajahan Belanda. Tempatnya di Kampung Nangka Pait, Kecamatan Sukawening. Atraksi yng ditontonkan mula-mula pelais memanjat bambu lalu pindah ke tambang sambil menari-nari dan berputar di udara tanpa menggunakan sabuk pengaman, sambil diiringi tetabuhan seperti dog-dog, gendang, kempul dan terompet.
4. Seni Bangklung
Kesenian Bangklung merupakan perpaduan dua buah kesenian tradisional, yakni Kesenian Terebang dan Kesenian Angklung Badud. Biasanya kesenian ini dipentaskan pada :
1. Khitanan Anak
Yang sebelum anak akan disunat biasanya terlebih dahulu diarak dengan iringan musik / kesenian Bangklung yang dikenal dengan istilah Ngaleunggeuh. 2. Panenan Padi
Jenis kesenian/tabuh-tabuhan ini dapat digunakan didalam acara kegiatan mengangkut padi untuk disimpan di lumbung, yang kita kenal dengan istilah Ampih Pare.
3. Syukuran
Kesenian ini dapat dipakai didalam acara kegiatan setelah acara hajatan selesai, dengan iringan musik / kesenian bersifat arak-arakan, istilah ini dapat kita kenal Upacara Miceun Runtah.
4. Hiburan
Kesenian ini dapat pula dipentaskan pada upacara penyambutan para tamu.

Adapun alat kesenian Bangklung yang digunakan terdiri dari beberapa waditra-waditra (alat-alat﴿, yakni :
1.Lima buah Terebang :
Terebang Anak, Terebang Kempring, Terebang Tempas, Terebang Bangsing dan Terebang Indung yang berfungsi sebagai Goong.
2.Sembilan buah Angklung :
-Dua buah Angklung Ambruk
-Dua buah Angklung Tempas/Pancer
-Empat buah Angklung Roel
3.Lima buah Terebang :
Terebang Anak, Terebang Kempring, Terebang Tempas, Terebang Bangsing dan Terebang Indung yang berfungsi sebagai Goong.
4.Sembilan buah Angklung :
-Dua buah Angklung Ambruk
-Dua buah Angklung Tempas/Pancer
-Empat buah Angklung Roel
-Sebuah Angklung Engklok
5.Tiga pasang Batok Kelapa.
6.Dua buah Keprak terbuat dari Bambu.


Adapun jenis lagu-lagu yang dibawakan, antara lain :
1.Lagu Anjrog;
2.Lagu Kacang Buncis;
3.Lagu Ya Maula;
4.Lagu Soleang.
Disamping lagu-lagu tersebut, diselingi dengan penampilan Beluk.
Jumlah pemain Bangklung seluruhnya 27 orang, yang masing-masing membawa alat : Terebang, Angklung, Beluk (Vokal﴿, Terompet, Keprak dan seorang Bodor.
Kesenian Bangklung merupakan hasil prakarsa Bapak Rukasah selaku Kepala Seksi Bidang Kesenian Depdikbud Kabupaten Garut, telah menetapkan perpaduan jenis kesenian Terebang dan Angklung pada tanggal 12 Desember 1968 di Desa Cisero Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut.
4. Badeng
Kesenian tradisional BADENG diciptakan pada tahun 1800 yaitu di jaman Para Wali, kesenian ini mula-mulanya diciptakan oleh seorang tokoh penyebar agama Islam bernama ARFAEN NURSAEN yang berasal dari daerah Banten yang kemudian terus menetap di Kampung Sanding Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, beliau dikenal masyarakat disana dengan sebutan LURAH ACOK. Lurah Acok berfikir didalam hatinya bagaimana caranya supaya ajaran agama Islam dapat menyebar luas di masyarakat waktu itu agama Islam sangat asing sekali. Pada suatu saat dia pergi menuju suatu perkampungan di daerah Malangbong dan di tengah jalan beliau menemukan sesuatu benda yang bentuknya panjang bulat terbuat dari bambu serat dengan tidak sadar maka benda itu dibawanya ke rumah dan bambu tersebut dibuat suatu alat yangt bisa mengeluarkan bunyi. Pada saat itu juga ARFAEN mengumpulkan para santri dan mereka disuruhnya membuat alat-alat lainnya yang terbuat dari bambu-bambu yang sudah tua untuk memadukan bunyinya dengan alat yang Arfaen buat tadi dan kemudian bambu-bambu tersebut disusun dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan suara yang nyaring dan dicobanyalah semua alat-alat itu ditabuh/dibunyikan maka terdengarlah irama musik, kalau masa kini yang sangat enak didengar ditambah dengan nyanyian-nyanyian yang beriramakan Sunda Buhun dan Arab / Solawatan.
Dari mulai saat itulah Lurah Acok dan Para Santrinya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan berkeliling mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, umaro dan tokoh-tokoh santri untuk berkumpul bermusyawarah sambil memasukan ajaran-ajaran agama Islam dengan menabuh seperangkat alat-alat yang dibuatnya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan lagu-lagu sunda buhun yang isi syairnya mengajak kepada masyarakat banyak untuk masuk agama Islam.
Hampir semua penduduk yang ada di Desa Sanding , di kampung-kampung, di kota-kota sekitar daerah Malangbong bahkan dimana-mana di daerah Kabupaten Garut pada umumnya yang pernah didatangi oleh Lurah Acok menganut ajaran agama Islam.
Maka sejak saat itulah Lurah Acok memberikan nama Kesenian Badeng yang artinya ?Badeng? adalah dari kata Bahadrang yaitu musyawarah berunding dengan suatu alat kesenian. Badeng adalah suatu jenis kesenian sebagai media untuk menyebarkan agama Islam pada waktu itu.
Sampai sekarang kesenian ini masih ada dan dipergunakan sebagai alat hiburan, untuk menyambut tamu-tamu besar, perayaan, Mauludan, khitanan, hajat dan lain sebagainya, hanya saja para pemainnya sudah tua-tua rata-rata berumur 90 tahunan.
Adapun alat-alat Kesenian Badeng tersebut terdiri dari :
-2 (dua) buah Angklung Kecil bernama Roel yang artinya bahwa dua pimpinan pada waktu itu antara kaum ulama dengan umaro (pemerintah) harus bersatu, alat ini dipegang oleh seorang dalang.
-2 (dua) buah dogdog lonjor ujungnya simpay lima yang artinya menandakan bahwa didunia ini ada siang ada malam dan laki-laki dengan perempuan, alat ini dipegang oleh dua orang simpay lima berarti rukun Islam.
-7 (tujuh) buah angklung agak besar terdiri dari : angklung indung, angklung kenclung dan angklung kecer disesuaikan dengan nama-nama hari, alat ini dipegang oleh 4 orang.
5.Debus
DEBUS adalah salah satu jenis kesenian tradisional rakyat jawa Barat yang terdapat didaerah pamempeuk Kabupaten Garut ini tercipta kira ?kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama islam ,pada waktu itu di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan ajaran islam secara meluas. Tokoh penyebar agama islam disebut Mama ajengan .
Nama ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajran agama islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat. sedangkan ajaran agama islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya .
Pada tengah malam bulan purnama si Mama Ajenganmengumpulka para santrinya untuk bersama-sama menciptakan sambil dengan belajar menabuh seperangkat alat-alat yang terbuat dari pohon pinang dan kulit kambing sehingga dapat mengeluarkan bunyi dengan irama yang sangat unik sekali yang kemudian kesenian tersebut dinamakan DEBUS. Dengan cara menyajikan kesenian ini, diharapkan dapat menarik masa yang banyak.
Untuk menjaga hal ?hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan tugas menyebarluaskan ajaran agamanya nanti dan mungkin akan banyak rintangan-rintangannya maka disamping belajar kelihaian menabuh alat-alatnya diajarkannya pula ilmu-ilmu kebatinan baik rohani maupun jasmani dipelajarinya pula ilmu-ilmu kekebalan /kekuatandalam dirnya masing-nasing umpamanya tahan pukulan benda-benda keras seperti batu bata , kayu, kebal terhadap golok-golok tajam dsb. Menjalani dan mendalami berbagai ilmu ?ilmu kebatinan tersebut untuk menjaga apabila terjadi dikemudian hari sewaktu mereka mempopulerkan ajaran agamanya .
Didalam rangka mempertunjukan kesenian DEBUS tersebut mama Ajengan dan para santrinya yanh telah mahir dan dibekali oleh ilmu-ilmunya masuk, keluar kampung bahkan ke berbagai kota mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat umaro tua muda, laki-laki perempuan sambil memasukkan pengaruh ajaran agamanya lewat kesenian yang dipertunjukannya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan berjanji yang mengambil dari kitab suci Al-qur?an yang isinya mengajak masyarakat banyak untuk dapat memahami dan melaksanakan ajaran agama islam .
Demikianlah yang dilakukan setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan oleh mama Ajengan dengan para santrinya dalam rangka mempopulerkan ajaran agama islam lewat kesenian ?DEBUS? sehingga berhasil meningkatkan para prngikutnya hampir diseluruh daerah dengan didirikannya pesantren-pesantren, mesjid-mesjid/ surau untuk menampung pengikutnya .
Sampai sekarang secara turun temurun kesenian ?DEBUS? masih dipergunakan sebagai media untuk menghibur para tamu yang datang ke daerah tersebut disamping itu sering disajikan pada acara hajatan (kenduri) umpamanya hajat chitana ,hajat perkawinan atau upacara hari besar Umat Islam, yang sangatunik sekali sampai sekarang masih diperingati tiap terang bulan purnama tanggal 14 oleh keturunan mama Ajengan.-
6.Gesrek
Seni Gesrek disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Bila dikaji dengan teliti, seni Gesrek dapat dikatakan juga bersifat religius. Dengan ilmu-ilmu, mantra-mantra yang berasal dari ayat Al Qur?an pelaku seni ini bisa tahan pukulan, tidak mempan senjata tajam atau tidak mempan dibakar. Demi keutuhan/mengasah ilmu yang dimiliki pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan keutuhan ilmu dengan jalan ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilaksanakan tiap malam tanggal 14 Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang menghadap sebelah timur sambil mandi dibacakan mantra-mantra sampai selesai atas bantuan teman atau guru apabila masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek kegiatan ritual bisa dilaksanakan secara rutin sebagai rasa persatuan dan kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka. Setelah terciptanya Seni Gesrek timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan seni yang berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni ini dikatakan khowarikul adat (di luar kebiasaan) karena Abah Jubleg dapat mengangkat benda yang beratnya lebih dari 1 (satu) kwintal dengan menggunakan kekuatan gigi, dapat mengubah kesadaran manusia menjadi tingkah laku binatang (Babagongan/Seseroan) dan memakan benda yang tidak biasa dimakan oleh manusia.
7. Hadro
HADRO adalah jenis kesenian perpaduan antara budaya Parahyangan dengan budaya Parsi atau Arab. Seni ini diperkenalkan oleh Kyai Haji Sura dan Kyai Haji Achmad Sayuti yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru Samarang Kabupaten Garut sekitar tahun 1917. kehadirannya tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat Desa Bojong. Maka tidak heran apabila perkembangannya sungguh sangat menggembirakan. Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya/laga adalah gerak geriknya yang diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan.
Lagu / liriknya diambil dari sajak pujangga Islam Syech Jafar Al Banjanji. Alat pengiringnya terdiri dari : Rebana, Tilingtit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Tarompet dan Bajidor.
Sedangkan para pemainnya mengenakan busana berupa baju dan celana putih yang dihiasi dengan selendang merah melilit di dada.
Seni HADRO menggambarkan kepatriotan para pejuang muslim dalam menentang kaum penjajah. Masyarakat Desa Bojong sebenarnya boleh berbangga hati karena pada saat ini seni tersebut berada pada kondisi yang masih mampu bertahan dengan kemandiriannya.
HADRO, bagaimanapun tetap HADRO, satu jenis kesenian tradisional kebanggaan masyarakat Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut. Kita bersyukur atas kebesaran Tuhan Pencipta, yang dengan segala kemaha kuasaan-Nya telah menurunkan salah satu khasanah budaya di Kabupaten Garut tercinta.
Seni tradisional HADRO yang tumbuh dan berkembang di Desa Bojong senantiasa tampil dalam setiap kesempatan, baik dalam upacara hari besar nasional atau acara-acara penting di tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, bahkan di tingkat Propinsi, disamping itu ditampilkan pula dalam acara perkawinan, khitanan dan acara keagamaan lainnya.

KECAP SESEBUTAN KAAYAAN (SIPAT)

A. Kaayaan/Sipat Barang
 Ku: Iing Firmansyah

1.       Nuduhkeun warna
Beureum --> euceuy
Bodas --> nyacas
Bodas --> ngeplak
Héjo --> ngagedod
Hideung --> cakeutreuk
Hideung --> meles (dilarapkeun kana buuk jalma atawa bulu sasatoan)
Hideung --> lestreng
Konéng --> enay
Konéng --> umyang

2.       Nuduhkeun Rasa
Amis --> kareueut
Bau --> meledos
Bau --> meledek
Hangseur --> meleding
Haseum --> ngagendil
Lada --> néwéwét
Pait --> molélél
Pangsét --> moléték
Panas --> néréptép
Tiis --> caméwék
Seungit --> melenghir
Seungit --> meleber
Seungit --> ngadalingding

3.       Nuduhkeun Sipat/Kaayaan
Hérang --> ngagenclang
Hérang --> ngagenyas
Poék --> mongkléng
Poék --> meredong
Caang --> mabra
Caang --> ngebrak
Kandel --> kedeplik
Ipis --> nyempring
Pendék --> pédéklék
Pendék --> pédéklék
Panjang --> ngagebay
Gedé --> ngajegir
Leutik --> camperenik

Sumber tulisan :Nyarios Sunda (FB)

Kecap Anteuran 3 (K-N)

ku Tatang Sumarsono

296. kalacat   kalacat unggah; kalacat naék
297. kalieus   kalieus miceun beungeut
298. kaplok   kaplok nyabok
299. kéclak   kéclak tumpak
300. kérésék   kérésék disada
301. kéréwék   kéréwék soék
302. kecék   kecék ngadék
303. kecebes   kecebes mandi
304. keclak   keclak nyakclak
305. keclik   keclik ragrag
306. kecok   kecok macok
307. kecos   kecos nojos
308. kecrot   kecrot nyiduh
309. kecruk   kecruk macul
310. kedewek   kedewek didahar; kedewek dicokot
311. kek   kek nyekel
312. kelepek   kelepek kapaéhan
313. keleper   keleper hiber
314. keleweng   keleweng dialungkeun
315. keleyeng   keleyeng ngider
316. kencling   kencling indit
317. keplas   keplas ditilas
318. keplos   keplos abus; keplos asup
319. ker   ker kérék
320. kerebek   kerebek teuleum
321. kerekek   kerekek didengkék
322. kerelep   kerelep teuleum; kerelep titeuleum
323. kereles   kereles indit; kereles ngaleungit
324. kerepek   kerepek sakarat
325. keresek   keresek disada
326. kerewed   kerewed dibanda
327. kerewek   kerewek dicekel
328. kerewes   kerewes dicakar; kerewes didahar
329. key   key seuri
330. kiclik   kiclik ngingiclik; kiclik nuturkeun
331. kiliwing   kiliwing dijingjing; kiliwing dialungkeun
332. kocéak   kocéak ngocéak; kocéak ngajerit
333. kod   kod digandong
334. kodomang   kodomang ngarongkong
335. koléang   koléang diangkat
336. kolényay   kolényay dibatréan
337. kop   kop dicokot; kop didahar; kop méré
338. koréjat   koréjat hudang
339. koséwad   koséwad tikoséwad
340. kotrét   kotrét ditulis; kotrét dicekeskeun
341. kowowong   kowowong ceurik
342. kulapés   kulapés ngulapés; kulapés leuleus
343. kuncieur   kuncieur indit
344. kuniang   kuniang hudang
345. kunyunyud   kunyunyud disanggut
346. kurunyung   kurunyung datang
347. kurutak   kurutak datang
348. lar   lar ngaliwat
349. lat   lat poho
350. lay ngelay; lay ngacay
351. lédak   lédak diolésan; lédak diwedak
352. lékék   lékék dipeuncit
353. léong   léong indit; léong palid
354. léor   léor ngaléor
355. léos   léos indit
356. leg   leg dilegleg
357. leguk   leguk diinum
358. leketey   leketey ngaleketey; leketey sedih
359. leng   leng lieur; leng kapaéhan
360. enggerek   lenggerek kapaéhan
361. lenggut   lenggut nundutan
362. lep   lep teuleum; lep kalebuh; lep ngelelep; lep tilepkeun; lep titeuleum
363. les   les leungit
364. leugeudeut   leugeudeut ngaleut
365. leut   leut ngaleut
366. ley   ley ngaley; ley leleykeun
367. leyé   leyé ditincak
368. lod   lod ngagedéan
369. logodor   logodor bijil
370. lol   lol ngelol; lol nolol
371. los   los indit
372. luk   luk tungkul
373. lung lung alungkeun
374. meg   meg handeueul
375. neg   neg hereneg
376. neut   neut hudang
377. ngék   ngék ceurik
378. ngéng ngéng ceurik
379. ngok   ngok nyium
380. ngong   ngong ngaji; ngong tembang
381. nod   nod menod
382. nyah   nyah beunta
383. nyat   dijait
384. nyéh   nyéh seuri
385. nyed   nyed dikenyed; nyed ngerenyed
386. nyen   nyen imut
387. nyot   nyot dikenyot; nyot udud

Sumber Tulisan :Nyarios Sunda (FB)

Kecap Anteuran 2 (G-J)

 ku :  Tatang Sumarsono
151. gableng   gableng luncat
152. gables    gables ditubles; gables kacugak; gables ditojos
153. gabres    gabres ditewek; gabres kacugak
154. gabrug   gabrug dirontok
155. gajleng   gajleng luncat
156. galasar   galasar digalasarkeun
157. gampleng   gampleng nampiling
158. gantawang   gantawang nyarékan
159. gap   gap ngaragap
160. gaplok   gaplok nyabok
161. gapruk   gapruk diadu; gapruk ngarontok
162. garapak   garapak ngagarapak; garapak hiber
163. garawak   garawak nyarékan
164. gawawak   gawawak nyarékan
165. gék   gék diuk
166. géléhé    géléhé ngagéléhé
167. gérésél    gérésél dipeuncit
168. géréwék    géréwék ceurik; géréwék ngageroan
169. géwéwék    géwéwék ceurik 
170. gebeg   gebeg ngagebeg
171. geblig   geblig leumpang
172. geblok   geblok tamplok
173. geblug   geblug labuh; geblug ragrag; geblug dijual; geblug dipeundeutkeun
174. geblus   geblus abus; geblus asup
175. gebray   gebray muka; gebray caang
176. gebrét   gebrét hujan
177. gebro   gebro dibéré; gebro peupeus; gebro diteundeun
178. gebros   gebros tiporos; gebros ngagebros
179. gebru   gebru labuh; gebru runtuh; gebru diteundeun; gebru ditambrukeun
180. gebrug   gebrug ditutupkeun
181. gebrus   gebrus mandi; gebrus kulub; gebrus tigebrus
182. gebrut   gebrut hitut
183. gebut   gebut labuh; gebut ragrag; gebut dijual
184. gecos   gecos ditewek; gecos ditojos
185. gejebur   gejebur mandi
186. gejlig   gejlig turun; gejlig ngagejlig
187. gejos   gejos ditewek; ditojos
188. gel   gel ditugel; gel digunting
189. geleber   geleber hiber
190. gelenceng   gelenceng lésot
191. gelenyu   gelenyu imut
192. geleser   geleser maju
193. geleyer   geleyer maju
194. gen   gen nangtung; gen ditagenkeun
195. genyenyeng   genyenyeng dibawa
196. gep   gep ngégél
197. geplak   geplak neunggeul
198. geprak   geprak diadu
199. gepré   gepré peupeus
200. gepro   gepro peupeus
201. ger   ger hujan; ger paséa; ger perang; ger seuri
202. geredeg   geredeg dikaput; geredeg dipigawé
203. gerewek   gerewek ditéwak
204. gero   gero ngageroan
205. ges   ges pingges
206. géwéwék   géwéwék ceurik
207. gewewek ngegél
208. gidig   gidig leumpang; gidig ngagidig
209. gilincing   gilincing indit
210. gilisir   gilisir ngagilisir
211. giriwil   giriwil dijait; giriwil diangkat
212. giwiwing   giwiwing dibawa
213. gok   gok amprok; gok patepung
214. golédag   golédag saré
215. golokgok   golokgok utah
216. golombrang   golombrang ragrag
217. goloncong   goloncong labuh; goloncong tigoloncong
218. gulontor   gulontor ngocor
219. golosor   golosor méré; golosor ngagolosor
220. goloyoh goloyoh saré
221. gombrang   gombrang ragrag; gombrang disada
222. gontowong   gontowong nyarékan
223. goréhél   goréhél kapanggih
224. gorolong   gorolong ngagorolong
225. gorowok   gorowok ngagorowok; gorowok nyalukan
226. gubrag   gubrag ragrag; gubrag ngagubrag
227. gudrud   gudrud nulis
228. gudubrag   gudubrag ragrag; gudubrag ngagudubrag
228. gujubar   gujubar tigujubar
230. gulantung   gulantung digantung
231. gulawing   gulawing ngagulawing; gulawing digantung
232. gulidag   gulidag raah
233. guluprak   guluprak ragrag
234. gulusur   gulusur maju; gulusur ngagulusur
235. guprak   guprak ragrag
236. gur   gur mirunan; gur ngadurukan; gur hurung
237. gurawil   gurawil ngagurawil
238. gurinjal   gurinjal hudang
239. gurubug   gurubug ngagurubug
240. gurudug   gurudug digusur
241. gurudag   gurudag datang
242. gurujag   gurujag datang
243. gurutak   gurutak datang
244. gurutuk   gurutuk ditegarkeun
245. gutrut   gutrut nulis
246. habek   habek diteunggeul
247. héat   héat narajang
248. hékak   hékak dahar
249. héos   héos kaambeu bau
250. heup   heup eureun
251. hing   hing ceurik
252. hol   hol datang
253. hos   hos paéh
254. jebét   jebét neunggeul
255. jeblag   jeblag muka
256. jeblus  jeblus asup
257. jebot   jebot neunggeul
258. jebréd   jebréd ngarangkét
259. jebrod   jebrod ngarangkét
260. jebrud   jebrud pegat
261. jebul datang
262. jedak   jedak diadu; jedak neunggar; jedak didagorkeun
263. jedud   jedud ngajedud; jedud nyetrum; jedud dicabut
264. jegér   jegér dibedil; jegér diadu
265. jegog   jegog ngagogog
266. jegoh   jegoh batuk
267. jegur   jegur bitu; jegur hurung
268. jekék   jekék disépak
269. jekok   jekok nonjok
270. jelegér   jelegér dibedil
271. jelegur   jelegur bitu
272. jelengit   jelengit nyeri beuteung
273. jeletot   jeletot nyiwit; jeletot nyoco; jeletot ngégél
274. jemprung   jemprung pegat
275. jep   répéh; jep jempé
276. jeprét   jeprét dikonci; jeprét dipotrét
277. jeprot   jeprot dipanah
278. japrut   jeprut pegat
279. jetot   jetot nyiwit; jetot ditewek
280. jetruk   jetruk titajong
281. jetut   jetut dicabut
282. jig   jig indit
283. jleg   jleg turun; jleg ngajirim
284. jleng   jleng luncat
285. jlig   jlig turun; jlig ngagejlig
286. jog   jog anjog
287. jol   jol datang
288. jolag-jolag   jolag-jolag leumpang
289. jorélat   jorélat indit
289. jor   jor mantog
290. jos   jos nojos
291. jrél   jrél ngajuru; jrél méjrél
292. jrut   jrut turun; jrut ngajrut
293. jug   jug ngajugjug
294. jung   jung indit; jung nangtung; jung jungjungkeun
295. jut   jut turun 

sumber tulisan : Nyarios Basa Sunda
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...