Jumat, 17 Juni 2011

Musik dina adat sunda (download)

Aya sabaraha lirik musik sunda dina acara Panganten Sunda.
  1. Bubuka Panganten
  2. Mapag Panganten – Penyerahan Panganten
  3. Sawer Panganten
  4. Huap Lingkung
  5. Upacara Panganten 01
  6. Upacara Panganten 02
  7. Upacara Panganten 03
  8. Upacara Panganten 04
  9. Upacara Panganten 05
  10. Upacara Panganten 06

Paguyuban Pasundan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lambang Paguyuban Pasundan
Didirikan 20 Juli 1913
Jenis Organisasi Budaya Sunda
Ketua H. A. Syafe'i

Paguyuban Pasundan (ejaan aslinya Pagoejoeban Pasoendan) adalah organisasi budaya Sunda yang berdiri sejak tanggal 20 Juli 1913, sehingga menjadi salah satu organisasi tertua yang masih eksis sampai saat ini. Selama keberadaannya, organisasi ini telah bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan. Paguyuban ini berupaya untuk melestarikan budaya Sunda dengan melibatkan bukan hanya orang Sunda tapi semua yang mempunyai kepedulian terhadap budaya Sunda.

Secara tidak langsung, kelahiran Paguyuban Pasundan dipengaruhi oleh pendirian Budi Utomo pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908, yang dianggap sebagai tonggak awal kebangkitan bangsa Indonesia menggapai kemerdekaan. Pada awalnya, cukup banyak orang Sunda yang bergabung. Cabang-cabang Budi Utomo juga banyak bermunculan di Jawa Barat, seperti di Bandung dan Bogor. Namun beberapa tahun kemudian, keanggotaan orang Sunda dalam Budi Utomo menurun drastis. Hal ini disebabkan karena menurut mereka, dari segi sosial-budaya, organisasi tersebut hanya memuaskan penduduk Jawa Tengah dan Jawa Timur saja.

Atas inisiatif siswa-siswa Sunda di STOVIA (School Tot Opleiding voor Indlandsche Artsen) – sekolah kedokteran zaman Belanda di Batavia (Jakarta), diupayakan pembuatan organisasi untuk orang-orang Sunda. Selanjutnya, para siswa yang berusia sekitar 22 tahun itu, berkunjung ke rumah Daeng Kandoeroean Ardiwinata, yang saat itu sudah dianggap sebagai sesepuh orang Sunda. Dalam kunjungan tersebut, dinyatakan maksud pendirian perkumpulan orang Sunda sekaligus meminta D. K. Ardiwinata untuk menjadi ketua organisasi.

Setelah D. K. Ardiwinata menyanggupi, maka di rumahnya di Gang Paseban, Salemba, Jakarta, pada hari Minggu tanggal 20 Juli 1913 diadakan rapat untuk pendirian perkumpulan. Dalam rapat itu disepakati pendirian organisasi yang kemudian dinamai “Pagoejoeban Pasoendan”. Saat itu ditetapkan D. K. Ardiwinata sebagai penasehat dan Dajat Hidajat (siswa STOVIA) sebagai ketua.

Pada tanggal 22 September 1914, pengurus paguyuban meminta izin kepada pemerintah untuk dapat melakukan kegiatannya secara sah. Dengan surat keputusan nomor 46 tanggal 9 Desember 1914, izin tersebut diberikan. Selanjutnya, sampai tahun 1918, organisasi ini lebih sebagai perkumpulan sosial-budaya.
[sunting] Kiprah Politik
Oto Iskandar di Nata, Si Jalak Harupat

Seiring dengan keinginan untuk mengadakan perbaikan dalam bidang sosial dan ekonomi, Paguyuban Pasundan merasa perlu untuk turut berkecimpung dalam bidang politik untuk mencapai tujuan-tujuannya. Untuk itu, sejak tahun 1919, seiring dengan dibentuknya Volksraad, dilakukan upaya untuk mendudukkan wakilnya di lembaga tersebut. Selanjutnya dengan surat keputusan nomor 72, tanggal 13 Juni 1919, pemerintah juga mengesahkan Paguyuban Pasundan sebagai perkumpulan politik.

Sejak Desember 1927, Paguyuban Pasundan masuk menjadi anggota PPPKI (Permoefakatan Perhimpoenan-perhimpoenan Politik Kebangsaan Indonesia). Dengan bergabung dalam federasi itu, paguyuban tidak lagi menjadi perkumpulan lokal dengan perhatian hanya pada Pasundan atau Jawa Barat saja, tapi menjadi perkumpulan nasional dengan tujuan bersama yaitu untuk mencapai kemerdekaan bangsa.

Kegiatan dalam bidang politik semakin kuat saat kepemimpinan Oto Iskandar di Nata, yang dijuluki “Si Jalak Harupat”, seorang kelahiran Bojongsoang, Bandung tanggal 31 Maret 1897. Selain menjadi ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, ia juga menjadi wakil organisasi tersebut di Volksraad mulai tahun 1931 sampai 1942.
[sunting] Bidang Pendidikan

Sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasarnya, salah satu jalan yang ditempuh Paguyuban Pasundan dalam mencapai cita-citanya adalah melalui jalur pendidikan dan pengajaran. Upaya pendirian sekolah dimulai dengan mendirikan Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Pasoendan di Tasikmalaya pada tahun 1922, diikuti pendirian Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Pasoendan, juga di Tasikmalaya, yang medapat bantuan dari pemerintah. Sekolah-sekolah lain terus didirikan, hingga tahun 1941 telah ada 51 sekolah dengan 296 orang guru. Kebanyakan ada di Bandung dan Tasikmalaya, yaitu masing-masing tujuh buah. Sisanya tersebar di 34 tempat lainnya di seantero Jawa Barat.

Untuk mengurus persekolahan tersebut, dalam Kongres Paguyuban Pasundan di Bogor tahun 1931, didirikan Bale Pamulangan Pasundan (BPP), dengan pemimpin pertamanya adalah Ahmad Atmadja. Dengan berdirinya BPP, sekolah-sekolah Pasundan semakin marak. Demikian pula guru dan muridnya semakin banyak.

Pendidikan bagi masyarakat umum, diwujudkan dengan diterbitkannya sembilan media massa selama periode 1914-1942. Salah satunya yang terbesar adalah suratkabar Sipatahoenan yang menjadi corong Paguyuban Pasundan. Semula suratkabar ini diterbitkan Paguyuban Pasundan di Tasikmalaya mulai tahun 1923. Pimpinan redaksi pertamanya adalah Soetisna Sendjaya. Awalnya suratkabar ini terbit seminggu sekali. Namun setelah kepengurusannya diambil alih oleh Pengurus Besar Paguyuban Pasundan tahun 1931, Sipatahoenan bisa terbit harian. Kantornya dipindahkan ke Bandung, tepatnya di Kaca-kaca Wetan, sebelum kemudian pindah ke Banceuy, dan akhirnya di Dalem Kaum.
[sunting] Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Paguyuban Pasundan dalam kongresnya yang ke 19 di Tasikmalaya tahun 1934, mendirikan Centrale Bank Pasundan, yang berbentuk N. V., dengan pemimpinnya Iyos Wiriaatmadja. Pusatnya berada di Jakarta, sedang di daerah-daerah berdiri cabang-cabangnya.

Kehidupan perkoperasian di lingkungan Paguyuban Pasundan juga cukup marak. Setiap cabangnya mendirikan koperasi yang kebanyakan disebut Koperasi Pasundan. Koperasi-koperasi tersebut bergerak dalam bidang keuangan, perdagangan, ada juga yang khusus menyediakan perabotan untuk para petani. Garapan bidang ekonomi lainnya yang cukup menonjol adalah pendirian Lumbung Padi (Leuit Pare). Pemantauannya dilakukan oleh Puseur Lumbung Pasundan.

Dalam Kongres Paguyuban Pasundan ke 23 di Sukabumi, didirikan badan yang mengelola permasalahan ekonomi yang disebut Bale Ekonomi Pasundan. Pemimpin bale tersebut adalah Raden Soedarna Soeradiredja, yang juga merangkap sebagai Wakil Ketua P. B. Paguyuban Pasundan dan Direktur Centrale Bank Pasundan.
[sunting] Kepemudaan dan Pemberdayaan Perempuan

Untuk mengurus masalah pemberdayaan perempuan, di dalam Paguyuban Pasundan didirikan Pasundan Istri (PASI). Sedangkan dalam kepemudaan, pada bulan Desember 1934 didirikan JOP (Jeugd Organisatie Pasoendan) dengan ketuanya yang pertama R. Adil Poeradiredja. Dalam kongresnya yang pertama tahun 1935 kepanjangan JOP diganti menjadi “Jasana Obor Pasundan”.

Saat suhu politik memanas menjelang Perang Pasifik, didirikan “JOP Brigade” untuk menangkal kejadian-kejadian yang tidak dikehendaki. Beberapa tokoh, diantaranya Jenderal A. H. Nasution turut menyokong, seperti dengan membantu latihan baris berbaris bagi JOP Brigade.

Dari tahun 1943 sampai dengan 1945, kegiatan politik berbagai perkumpulan di Indonesia, termasuk Paguyuban Pasundan dibekukan oleh penjajah dari Jepang. Sipatahoenan juga turut dibredel dan sebagai gantinya diterbitkan suratkabar Tjahaja yang dikendalikan Jepang. Namun demikian kegiatan paguyuban dalam bidang lainnya seperti pendidikan, kesenian, dan sosial masih diperbolehkan dan bisa terus berjalan.

Setelah pendudukan Jepang berakhir, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan maklumat nomor X tanggal 3 November 1945 tentang pembentukan partai-partai politik. Berdirinya partai-partai politik oleh Pemerintah Republik Indonesia dipandang sebagai partisipasi aktif dari kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara serta dapat memperkuat perjuangan bangsa mempertahankan kemerdekaan. Keluarnya maklumat tersebut menyebabkan partai-partai di Indonesia hidup kembali seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Islam Masyumi, Partai Buruh Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, dan sebagainya. Paguyuban Pasundan saat itu tidak langsung aktif kembali. Hal ini terutama disebabkan karena R. Oto Iskandar di Nata, yang dianggap sebagai figur yang dapat memimpin kembali Paguyuban Pasundan, hilang secara misterius bersama beberapa tokoh kemerdekaan lainnya.

Namun kemudian muncul sebuah partai yang konon didalangi Belanda dengan nama Partai Rakyat Pasundan (PRP) yang mempunyai visi yang tidak sejalan dengan Paguyuban Pasundan. Hal tersebut memicu para anggota Paguyuban Pasundan untuk menghidupkan kembali organisasinya. Maka berdirilah kembali Paguyuban Pasundan di Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta dalam waktu hampir bersamaan. Selanjutnya Bandung ditetapkan sebagai pusat Pengurus Besar Paguyuban Pasundan dengan ketuanya R. S. Suradiradja.

Dalam kongres Paguyuban Pasundan tanggal 29-31 Januari 1949 di Bandung, diputuskan untuk mengubah nama Paguyuban Pasundan menjadi Partai Kebangsaan Indonesia (PARKI) dengan maksud untuk memperluas perjuangan di bidang politik. Partai tersebut kemudian mengikuti pemilihan umum pertama Republik Indonesia pada tahun 1955. Namun suara yang didapat dalam pemilu tersebut sangat minim. Kekalahan tersebut menimbulkan perpecahan di tubuh PARKI. Akhirnya melalui referendum dalam kongres luar biasa PARKI tanggal 29 November 1959, partai tersebut memutuskan untuk mengubah namanya kembali menjadi Paguyuban Pasundan.

Setelah kekalahan dalam pemilu tersebut, kegiatan Paguyuban Pasundan lebih didominasi oleh aktivitas dalam bidang pendidikan dan sosial-budaya. Salah satu tonggak perjuangannya dalam bidang pendidikan adalah dengan didirikannya Universitas Pasundan di Bandung pada hari Senin tanggal 14 November 1960.

Kini Paguyuban Pasundan memiliki 32 kantor cabang dengan 492 anak cabang. Sedikitnya 12.300 orang terlibat dalam paguyuban ini. Pelestarian kebudayaan Sunda di era globalisasi kini menjadi prioritas utamanya.

Sekolah-sekolah Pasundan dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah bertebaran di wilayah Jawa Barat dan Banten. Sedang dalam jenjang pendidikan tinggi, Paguyuban Pasundan memiliki empat perguruan tinggi, yaitu:
  • Universitas Pasundan, didirikan tanggal 14 November 1960 di Bandung.
  • Sekolah Tinggi Hukum (STH) Pasundan, didirikan tanggal 14 Januari 1964 di Sukabumi.
  • Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pasundan, didirikan tanggal 29 Mei 1986 di Cimahi.
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pasundan, didirikan tanggal 18 Januari 1988 di Bandung.
H. A. Syafe'i Ketua PB Paguyuban Pasundan

Dalam kepengurusan, Kongres Paguyuban Pasundan tanggal 19 Juli 2005 telah memilih pengurus untuk periode 2005-2009, yaitu: H. A. Syafe'i sebagai Pupuhu (Ketua) Pengurus Besar Paguyuban Pasundan dan Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi sebagai Sekretaris Jenderal. Sedangkan Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita terpilih menjadi Ketua Dewan Pangaping. Juga diangkat Dewan Pakar sebagai berikut:
  1. Djuharja S. Pradja Pakar agama
  2. Miftah Faridh Pakar agama
  3. Setia Hidayat Pakar budaya
  4. Nina Herlina Lubis Pakar budaya
  5. Yus Rusyana Pakar pendidikan
  6. Abin Samsudin Ma’mun Pakar pendidikan
  7. Kusnaka Adimihardja Pakar lingkungan
  8. Rochmin Dahuri Pakar lingkungan
  9. R. E. Suryaatmaja Pakar lingkungan
  10. Sutedja Pakar kesehatan
  11. Sutisna Artawidjaja Pakar kesehatan
  12. Dadang Pakar kesehatan
  13. Didin Damanhuri Pakar ekonomi
  14. Uce K. Suganda Pakar ekonomi
  15. Yusuf Sukardi Pakar ekonomi
  16. Busye Pakar ekonomi
  17. Romly Atmasasmita Pakar hukum dan HAM
  18. Dedi Diana Pakar hukum dan HAM
  19. Bana K. Kartasasmita Pakar kerja sama
  20. Ruchadi Adiwikarta Pakar pemuda dan olahraga
Sekarang urusan pendidikan di Paguyuban Pasundan ditangani oleh dua yayasan sesuai dengan jenjangnya, yaitu Yayasan Pendidikan Tinggi Pasundan dengan ketuanya Prof. Dr. H. Idrus Affandi S.H. dan Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasundan dengan ketuanya R. H. Tata Gautama Suryawan. 

SUMBER :  wikipedia

TATAKRAMA BASA SUNDA

Nurutkeun panalungtikan Tatakrama Basa Sunda atawa sok disebut oge UNDAK USUK BASA SUNDA (UUBS) teh wangunna saperti kieu:

I. RAGAM BASA HORMAT (BASA LEMES)

Dina hakekatna digunakeunana ragam hormat teh taya lian pikeun nembongkeun rasa hormat ti nu nyarita ka nu diajak nyarita jeung ka saha nu dicaritakeunana. Ragam Basa Hormat aya dalapan rupa nya eta:

1. Ragam Basa Lemes Pisan/Luhur;
2. Ragam Basa Lemes keur Batur;
3. Ragam basa Lemes keur Pribadi/Lemes Sedeng;
4. Ragam Basa Lemes Kagok/Panengah;
5. Ragam Basa Lemes Kampung/Dusun; jeung
6. Ragam Basa Lemes Budak.

II. RAGAM BASA LOMA (AKRAB, KASAR)

Basa loma atawa nu ilahar disebut basa Kasar, saenyana lain dina harti kasar henteu ngahormat, tapi kulantaran digunakeun pikeun komunikasi di antara anu geus wanoh, jeung babaturan ulin upamana. Ragam Basa Loma ieu teh aya dua rupa nya eta:

1. Ragam Basa Loma/Akrab; jeung
2. Ragam Basa Garihal/Songong/Kasar Pisan.

Ragam basa anu garihal ieu mah digunakeunana teh keur ka sato atawa digunakeun ku jelma nu keur ambek pisan.

Jadi Undak Usuk Basa Sunda anu dina Kongres Basa Sunda taun 1986 di Cipayung Bogor disebut TATAKRAMA BASA SUNDA teh upama dijumlahkeun mah aya dalapan tahapan (ragam).

Sanajan Konferensi Kebudayaan Sunda I di Bandung jeung Kongres Basa Sunda VII di Garut ngusulkeun supaya Tatakrama Basa Sunda (UUBS) cukup dua tahap bae nyaeta RAGAM HORMAT jeung RAGAM LOMA, tapi dina hirup kumbuh sapopoe mah masih keneh digarunakeun TILU TAHAP/RAGAM . Ieu di handap digambarkeun POLA TATAKRAMA BASA SUNDA dina tilu Tahap/Ragam tea, nyaeta:

· Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)
· Ragam basa Lemes keur Pribadi (B)
· Ragam basa Lemes keur Batur/Lemes Sedeng
* Katerangan tanda: # henteu sarua; = sarua.

POLA I: A # B # C

Jumlah kecap anu make pola saperti kieu kaitung saeutik pisan (k/l 25 kecap), nu sok disebut kecap lemes keur pribadi/lemes Sedeng, ieu anu ulah salah dina ngalarapkeunana teh:

- balik # WANGSUL # mulih
- bawa # BANTUN # candak
- beuli # PESER # galeuh
- biasa # TIASA # iasa
- boga # GADUH # kagungan
- dahar # NEDA # tuang
- datang # DONGKAP # sumping
- denge # KUPING # dangu
- era # ISIN # lingsem
- gering # UDUR # teu damang
- imah# ROROMPOK # bumi
- indit # MIOS # angkat
- kasakit # PAUDUR # kasawat
- menta # NYUHUNKEUN # mundut
- nitah # NGAJURUNG # miwarang
- ngomong # SASANGGEM #sasauran
- nyaho # TERANG # uninga
- pamajikan # BOJO # garwa/geureuha
- poho # HILAP # lali
- sare # MONDOK # kulem
- tanya # TAROS # pariksa
- tenjo # TINGAL # tingali

Conto kalimahna:
· Ari maneh balik ka lembur teh arek iraha?
· Dupi abdi WANGSUL ka lembur teh bade enjing bae.
· Dupi akang bade mulih ka lembur teh bade iraha?

Perhatikeun pisan pola di luhur:
A # B # C : A henteu sarua jeung B, B henteu sarua jeung C. Upama bae urang geus bisa merenahkeun ngagunakeun kecap-kecap nu ditulis ku aksara gede (kapital) nyaeta kecap-kecap nu kaasup basa Lemes keur Sorangan, urang geus henteu kudu salempang sieun salah nyarita ku Basa Sunda teh.

POLA II: A = B # C

Pola kadua mah nyaeta: A sarua jeung B, tapi B henteu sarua jeung C.

Digunakeunana KECAP LOMA/KASAR pikeun ka diri pribadi, pangpangna anu tumali jeung babagian awak saperti sirah, ceuli, huntu jste, eta kudu ngagunakeun kecap Loma/Kasar, contona:

- huntu = HUNTU # waos
- biwir = BIWIR # lambey
- irung = IRUNG # pangambung
- baju = BAJU # raksukan
- lalajo = LALAJO # nongton
- ngaji = NGAJI # ngaos
- nginum = NGINUM # ngaleueut
- puasa = PUASA # SAUM
- samping = SAMPING # sinjang
- ulin = ULIN # amengan

Conto kalimahna:

· Cenah kamari maneh nyeri huntu, enggeus ka dokter gigi acan?
· Abdi kamari nyeri HUNTU numawi teu tiasa dongkap ka kantor.
· Saurna bapa nyeri waos dinten kamari teh, kumaha ayeuna parantos damang?

POLA III: A # B = C

Pola katilu mah kecap anu digunakeun keur ka diri pribadi teh kudu sarua jeung kecap nu digunakeun keur batur. Jumlahna kaitung rada loba. Ieu keur sakadar conto:

- bungah # BINGAH = bingah
- eleh # KAWON = kawon

- kajeun # SAWIOS = sawios
- kungsi # KANTOS = kantos
- tepung # TEPANG = tepang

Conto kalimahna:
· Jang Iwan kacida bungaheunana dumeh meunang hadiah lebaran.
· Abdi kacida bingahna wireh kenging hadiah lebaran
· Ibu Aminah kalintag bingaheunana wireh kenging hadiah lebaran.

Jumlahna kaitung rada loba oge, malah karereanana mah geus arapal da mindeng digunakeun sapopoe.

POLA IV: A = B = C

Pola anu kaopat ieu mah teu kudu hese mikiranana. Nu kaasup pola nu kaopat ieu teh nya eta kecap bilangan, kecap pananya, kecap panunjuk, kecap tingkatan.

- aya = AYA = aya
- sabaraha = SABARAHA = sabaraha
- kumaha = KUMAHA = kumaha
- naon = NAON = naon
- itu = ITU = itu

- ieu = IEU = ieu
- kahiji = KAHIJI = kahiji
- kasapuluh = KASAPULUH = kasapuluh
.... jeung sajabana ti eta.

PANGJANGKEP TATAKARAMABASA

Ngagunakeunana Tatakrama Basa Sunda (UUBS) henteu lesot tina unsur nu ngarojongna, nya eta:

- Lentongna nyarita (gaya nyarita, intonasi).

- Pasemon.
- Rengkuh (gerakna awak).
- Tata busana.

Tapi nu jadi dadasar utama dina Tatakrama Basa mah nya eta itikad atawa kaweningan hate nu nyaritana. Kalemesan budi jeung rasa kamanusaanana. Hal ieu mah saenyana di luareun aspek basa. Tapi kacida nangtukeunana kana luhur-handapna ajen kamanusaan. Tatakrama raket tumalina jeung adat kabiasaan. Ku kituna dina ngagunakeunanana oge tangtu bae kudu nitenan kana adat kabiasaan di wewengkon masing-masing.

KAGUNAN (FUNGSI) BASA

Digunakeunana basa sabage alat komunikasi teh tangtu bae aya maksud jeung tujuanana, di antarana bae nyaeta:

1. Kagunan Kognitif. Tegesna basa teh digunakeun pikeun nepikeun elmu pangaweruh. Tatakrama basana oge kudu singget, eces jeung nyusun.
2. Kagunan Konatif/Persuasif. Tegesna basa teh digunakeun pikeun mangaruhan batur, supaya nurut kana kahayang nu nyarita.
3. Kagunaan Estetis. Tegesna basa teh digunakeun pikeun ngagambarkeun rasa kaendahan. Ieu oge aya tatakrama basana. Upamana bae kudu bisa gaya basa (stilistika). Nyusun kecap nu endah supaya nimbulkeun rasa endah pikeun nu macana/ngaregepkeunana.
4. Kagunan Fatis. Tegesna nuwuhkeun rasa kataji (hormat, simpatik). Carana nyaeta bisa nyusun kecap, intonasi jeung retorika (elmu nyarita).

CARA DIAJAR NGAGUNAKEUN TATAKRAMA BASA

Ngagunakeun tatakrama basa Sunda tangtu bae hasil tina diajar. Carana di antarana nya eta:

1. Sering merhatikeun batur nu basana luyu tur merenah (baik dan benar).
2. Sering maca buku nu beres susunan basana.
3. Aya sikep kritis waktu maca atawa mun ngabandungan batur nu keur cacarita.
4. Biasakeun nyarita ngagunakeun basa nu luyu tur merenah.
5. Keur latihanana kudu dibiasakeun nyarita ulah rusuh teuing, jadi aya kasempetan pikeun milih jeung nyusun kalimah.

Di masarakat mah kamampuh ngagunakeun Basa Sunda, pangpangna ngagunakeun Tatakrama Basa (UUBS) kacida pentingna. Kapan aya paribasa: Hade ku omong goreng ku omong. Basa mah henteu meuli. Basa mah leuwih seukeut tibatan pedang. Aya paribasa Arab: "Kuli lisani bil Insani" anu hartina "Tambah loba basa anu urang bisa, tambah luhur niley kamanusaanana".

Nurutkeun hasil Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS I) di Bandung jeung Kongres Basa Sunda VII di Garut, ditetepkeun yen Tatakrama Basa Sunda teh (UUBS) ngan aya dua Ragam/Tahap nyaeta:

1. Ragam BASA HORMAT, asal tujuanana nu nyarita teh hayang NGAHORMAT ka nu diajak nyaritana. Ku kituna henteu SALAH, atawa bisa dianggap BENER upama aya nu ngomong campur aduk ngagunakeun basa lemes keur batur, basa lemes keur Pribadi jeung basa lemes keur Budak, malah teu nanaon ngagunakeun basa lemes dusun/dialek oge.
2. Ragam BASA LOMA. Ieu mah nya nu saperti ilaharna bae nu disebut basa KASAR. Digunakeunana pikeun nyarita jeung papada nu geus loma. Ngan tangtu bae ari basa garihal/songong mah tetep henteu pantes digunakeun dina cacampuran anu sopan mah.

Kitu hasil putusan KIBS I jeung KBS VII teh. Tapi tangtu bakal aya bae masalah nu disanghareupan mah, di antarana nyaeta kumaha bahan ajarkeuneun di sakola-sakola, da kapan ari di sakola mah tetep kudu ajeg dina palanggeran anu normatif. Ngan nu tetela ku kitu ku kieu ari Basa Sunda mah tetep kudu dipiara jeung digunakeun.

Sumber: http://www.forumbebas.com/thread-22674.html

Agama jeung Kapercayaan Sunda Asli

Nu ngagem:
Urang Sunda Kanekes (ngaran topna: Baduy).
Kanekes teh ngaran hiji tempat di Banten.

Ngaran Agama & Kapercayaan:
Sunda Wiwitan. Wiwitan teh hartina mimiti, asal, poko, jati.
Ngaran sejen: Sunda Asli, Jatisunda (jati, sanes mahoni)

Ngaran Pangeran:
Sang Hiyang Keresa (Nu Maha Kuasa), Nu ngersakeun (Yang Maha Menghendaki).
Sebutan sejen:
Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa),
Batara Jagat (Tuhan Penguasa Alam)
Batara Seda Niskala (Tuhan Yang Maha Gaib)
Tempat Pangeran:
Buana Nyungcung
Kabeh dewa dina konsep agama Hindu (Brahmana, Syiwa, Wisnu, Indra, Yama,jrrd) tunduk ka Batara Seda Niskala.

Konsep Alam ceuk mitologi atawa kosmologi urang Kanekes aya tilu:
1.Buana Nyungcung, tempat linggih Sang Hiyang Keresa, pangluhurna
2.Buana Panca Tengah, tempat jelema, sato, tatangkalan (kaasup tangkal jengkol jeung peuteuy) jeung sadaya mahluk sejena (sireum, tongo, tumbila,jeung sajabana)
3.Buana Larang , naraka. Panghandapna.

Antara Buana Nyungcung jeung Buana Panca Tengah, aya 18 lapisan (langit tea meureun). Lapisan pangluhurna, ngarana Buana Suci Alam Padang, nu ceuk koropak 630 (sigana nomer lomari paranti nunda naskah kuno di Arsip Nasional Jakarta) disebut Alam Kahiyangan atawa Mandala Hiyang, tempat linggihna Nyi Pohaci Sanghiyang Asri jeung Sunan Ambu. (Sunan Ambu ieu ayeuna dijadikeun ngaran gedong teater di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI) Buah Batu.

Sang Hiyang Keresa nurunkeun tujuh batara di Sasaka Pusaka Buana. Nu pangkolotna, Batara Cikal, dianggap karuhun urang Kanekes (Baduy).
Turunan batara sejenna marentah di daerah Karang, Jampang, Sajra, Jasinga, Bongbang, Banten.

Kapangaruhan Hindu Saeutik Mun noong ngaran2 batara (utusan Sang Hiyang Keresa: Wisawara, Wisnu, Brahma), tetela aya pangaruh ti Hindu kana ieu sistem kapercayaan urang Kanekes. Tapi kapercayaan Urang Kanekes ieu lain Hindu.

Buana Panca Tengah
Ieu wilayah jelema jeung mahluk sejenna, dibagi numutkeun tingkat kasucianana:
1.Sasaka Pusaka Buana, dianggap paling suci, ampir ngarendeng jeung Sasaka Domas (atawa Salaka Domas). Ieu pusat dunya.
2.Kampung Jero, Pusat lingkungan Desa Kanekes
3.Kampung Luar/panamping/penyangga/bumper, Desa Kanekes, jadi pusat Banten
4.Banten, jadi pusat Sunda
5.Tanah Sunda
6.Luar Tanah Sunda


Aturan Hirup:
Titahan jeung Pamali (basa urang dinya, Buyut) ti karuhun. Kabuyutan, tempat nu ngandung rupa-rupa pamali. (Teu meunang anu, teu meunang anu tea….)

Ritual/Upacara:
ngukus,
muja,
ngawalu,
ngalaksa.

Muja
Muja diayakeun di Sasaka Pusaka Buana jeung Sasaka Domas dina waktu nu beda. Di Sasaka Pusaka Buana sataun sakali, lilana tilu poe, tiap tanggal 16, 17, 18 bulan Kawolu (bulan kalima numutkeun sistim kalender Urang Kanekes. US boga sistem kalender sorangan tah!). Muja dipingpin ku Puun (sigana sarupaning kepala adat) Cikeusik, jeung jalma2 kapercayaanana (baris kolot-sesepuh meureun). Poe kahiji, rombongan upacara angkat ka ranggon (Talahab- saung). Ngendong di dinya. Isukna, mandi jeung karamas, terus angkat ka ka Sasaka Pusaka Buana ti arah kaler. Upacara muja dilakukeun di undakan kahiji, ngadep ka pasir/bukit SPB, nepi ka tengah poe. Terus mersihan salira, bari memeres palataran undakan. Beres kitu, ngumbah leungeun jeung suku ti batu Sang Hiyang Pangumbahan. Terus naek ka puncak pasir/bukit. Di dinya rombongan ngala lukut nu napel dina batu. Lukut (lumut) eta disebut komala (permata), dibawa mulang jeung dipercaya bisa ngadatangkeun berkah jang nu merlukeun.


Buyut/Pamali
Aya dua jinis:
1.Buyut Adam Tunggal, pamali nalian urang Tangtu (warga kampung jero).
Buyut ieu pamali nu nalian hal poko jeung nu sejenna/rinci
2.Buyut Nuhun, pamali nu berlaku jang orang Panamping jeung Dangka (warga Kanekes Luar).
Buyut ieu mah ngan jang nu poko. Jadi nu di Panamping atawa Dangka kaci dilakukeun, tapi di daerah Tangtu/Kampung Jero mah teu kaci.

Pamali bin buyut ieu ngandung udagan:
a.melindungi kasucian jeung kamurnian suka manusa
b.melindungi kamurnian mandala/tempat cicing
c.melindungi tradisi

Buyut atawa pamali (tabu) diayakeun bisa jadi jang melindungi mandala Kanekes, karena ti samet Karajaan Sunda ancur (1579 Masehi), teu aya deui karajaan nu ngalindungi. Malah sok aya pertentangan kapentingan antara urang Kanekes jeung Kasultanan Banten oge pamarentah kolonial. Tah, ceunah, cara jang melindungi diri sendiri teh make eta pamali atawa buyut!
Teu kawasa, ucapan nu kaluar mun kudu ngarempak buyut.

Hukuman atawa sanksi jang nu ngarempag buyut:
dikaluarkeun/dipiceun/ditamping ti lingkungan asal dina jangka waktu nu tangtu, biasana 40 poe. Upacara pelaksanaan hukuman disebut Panyapuan.


Konsep Daur Hirup
Sukma atawa roh jelema asalna ti Kahiyangan, mun hirup di Buana Panca Tengah angges, sukma balik deui ka Kahiyangan (ngahiyang tea meureun!).
Waktu sukma turun ti Kahiyangan ka Buana Panca Tengah, kondisina rahayu, alus, balik oge kudu kitu. Mun henteu beresih tapi kotor alatan loba buyut/pamali nu dirempag, nya ka naraka. Alus gorengna sukma waktu rek mulang gumantung kana amal perbuatan di Buana Panca Tengah saluyu jeung tugas hidup masing2. Dina raraga mancen tugas, sukma dibekelan 10 indra. Enyaan, sapuluh, lain salah nulis!

-------------------------
Catetan:
Meunang niron ti Edi S. Ekadjati, Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah), Pustaka Jaya, 1995. (Bukuna meunang nginjem ti Arie Kusuma Argadipa, urut mahasiswa si kuring, teu kaburu dibalikeun, da si eta na geus lulus manten, hehe)

Sumber: http://www.urangsunda.net/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...